Sabtu, 17 September 2011

Menyongsong Pertemuan Penyair Korea-ASEAN II di Riau: Laungan Sound of Asia di Tanah Melayu

BILA tak ada aral melintang, Provinsi Riau khususnya Kota Pekanbaru, pada tanggal 25-29 Oktober 2011 mendatang bakal menjadi tuan rumah Pertemuan Penyair Korea-ASEAN II (Korea-ASEAN Poets Literature Festival –KAPLF). Diperkirakan 70 penyair dari negara Korea Selatan dan negara-negara ASEAN lainnya termasuk Indonesia bakal berhimpun di Tanah Melayu Riau. Tema kegiatan kali ini adalah Sound of Asia (Suara Asia) yang lebih mengedepankan budaya Melayu sebagai Warisan Dunia.

Kegiatan yang baru digelar untuk kali kedua setelah sukses diselenggarakan di Seoul, Korsel, 2-6 Desember 2010 lalu, diisi dengan berbagai kegiatan antara lain pembacaan puisi para penyair, pembacaan esai dan proses kreatif penyair, diskusi, kunjungan di tapak-tapak budaya yang bersejarah hingga pertukaran gagasan terkait upaya membangun persahabatan antarnegara di bidang seni sastra dan kebudayaan.

Rida K Liamsi, Direktur KAPLF II yang menjadi penanggung jawab iven akbar tahunan ini mengungkapkan, kegiatan ini bertujuan untuk membangun persahabatan dan solidaritas di kalangan para penyair negara-negara terkait dalam mendorong dan memacu kreativitas di bidang kesusastraan khususnya puisi di negara masing-masing.

Terpilihnya Riau sebagai tuan rumah KAPLF II tak terlepas dari rangkaian kegiatan iven sastra pertama di mana Rida menjadi salah satu utusan Indonesia bersama penyair Nirwan Dewanto. Dalam persidangan akhir KPALF I di Seoul tersebut, saat Indonesia mendapat tawaran sebagai tuan rumah untuk kali yang kedua, Rida langsung menangkap peluang itu.

Menurut Rida, banyak keuntungan bila iven sastra sebesar KAPLF tersebut digelar di tanah Melayu Riau. Di antaranya, momentum yang baik untuk mengenalkan Riau dengan segala kekayaan seni-budaya dan aspek-aspek lain kepada para penyair dan sastrawan yang memiliki kejelian dalam memandang sesuatu dengan menggunakan kaidah-kaidah estetika dan kehalusan budi. Diharapkan, penyair yang berada di Riau selama lima hari tersebut dapat melahirkan karya dengan setting lokasi atau nilai-nilai sosial-budaya yang berangkat dari tanah Melayu.

KAPLF II yang ditaja oleh Yayasan Sagang, mendapat dukungan Pemerintah Provinsi Riau melalui Gubernur Rusli Zainal saat panitia penyelenggara yang dipimpin langsung Rida beraudiensi dengan Gubri. Rusli Zainal meminta agar kegiatan sastra antarnegara ini dapat digelar secara sungguh-sungguh dengan menampilkan kekayaan khasanah seni budaya Melayu yang berkembang tunak dan matang di daerah ini. Penampilan-penampilan yang disuguhkan kepada para tamu hendaklah memberikan kesan yang baik sehingga mampu membangun romantisme pemikiran di kalangan para penyair berbagai negara tersebut.

Persiapan-persiapan nyata terus dilakukan oleh Tim Panitia Pengarah yang diketuai Prof Dr Yusmar Yusuf dan Tim Pelaksana yang diterahu oleh Darmawi Kahar (Armawi KH). Para penyair dari negara-negara terkait sudah pula dipilih oleh tim kurator sesuai wilayah tanggungjawab masing-masing. Para penyair dari Korsel dikoordinasikan langsung oleh kritikus sastra Indonesia yang sedang bertugas di Hankuk University, Seoul, Maman S Mahayana. Peserta dari Korea Selatan adalah Ko Hyeong Ryeol, Lee Kyeong Im, Park Hyung Jun, Kim Tae Hyung, Joe Sue Jaa, Kim Young Chan, Cho Myeong, Chun Su ho, Lim Yun, An Heon Mi. Sedangkan peserta dari negara-negara ASEAN adalah Nguyen Huang Doc dan Do Thi Khank Phuong (Vietnam), Maung Pyiyt Minn dan Maung Day (Myanmar), Nick Rakib dan Phaosan Jewhwae (Thailand), Shamsudin Otham dan Hasyuda Abadi (Malaysia), Isa Kamari (Singapura), Hasyim Bin Abdul Hamid dan Suip Bin Abdul Wahab (Brune Darussalam), serta Michael Coroza dan Marne Kilates (Filipina).

Begitu pula Tim Kurator Indonesia di luar Riau dan Sumatera ditangani langsung oleh penyair Nirwan Dewanto yang telah menetapkan sejumlah nama, yakni Gunawan Maryanto (Jogjakarta), Hanna Fransiska (Pontianak), Raudal Tanjung Banua (Jogjakarta), Zaim Rofiqi (Jakarta) dan Aan Mansur (Makassar).

Untuk para penyair Sumatera non-Riau dengan kurator penyair Taufik Ikram Jamil dan Fakhrunnas MA Jabbar telah memilih utusan penyair dari masing-masing provinsi kecuali Bengkulu, yakni Fikar W Eda (NAD), Afrion (Sumut), Esha Tegar Putra (Sumbar), Dimas Arika Miharja (Jambi), Isbedy Stiawan ZS (Lampung), Sunlie Thomas Alexander (Bangka-Belitung), Nurhayat Arif Permana (Palembang), Machzumi Dawood dan Hasan Aspahani (Kepulauan Riau).

Sedangkan penyair tuan rumah Riau dipilih oleh tim kurator yang terdiri atas penyair Husnu Abadi dan Hary B Kori’un. Mereka adalah Taufik Effendy Aria, Muhammad Badri, Budy Utamy, Jefri al Malay dan Marhalim Zaini.

Pemilihan para penyair yang diundang memiliki kriteria yang sudah ditetapkan oleh panitia penyelenggara. Pertimbangan itu meliputi kreatifitas kepenyairan, kontinuitas berkarya, mewakili generasi, penerbitan buku karya sendiri dan aspek-aspek lainnya. Meski sebenarnya masih ada sejumlah penyair lain yang memiliki kapabilitas kepenyairan yang patut diandalkan namun keterbatasan jumlah peserta mengakibatkan representasinya hanya bisa menampilkan seorang penyair saja.

Perhelatan sastra KAPLF II bakal ditempatkan di beberapa kabupaten di provinsi Riau selain Pekanbaru sendiri sebagai ibukota, yakni Kota Siak Sriindrapura dengan peninggalan sejarah Kesultanan Siak yang pernah masyhur di masa silam dan Candi Muara Takus di Kabupaten Kampar, sebuah candi Budha peninggalan Kerajaan Sriwijaya.

Oleh sebab itu, penyelenggaraan dan kunjungan di daerah-daerah yang memiliki nilai kesejarahan dan nilai sosial-budaya itu patut dijadikan sarana promosi pariwisata khususnya wisata sejarah dan budaya oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata di daerah ini.

Pembukaan KAPLF II yang digelar di kawasan Gedung Daerah Riau sekaligus dijamu oleh Gubernur Rusli Zainal akan menampilkan berbagai atraksi seni budaya yang berbasis sastra seperti syair dan juga pembacaan puisi oleh Rusli Zainal sendiri dan Presiden Penyair Indonesia, Sutardjo Calzoum Bachri. Dalam acara ini juga akan ditandatangani kerja sama antara majalah sastra Sagang dengan majalah sastra Sipyung (Korsel). Bersamaan dengan kegiatan KAPLF II ini diterbitkan dan diluncurkan tiga buah buku masing-masing Directory Book: Malay Culture as World Heritage on Stage, Becoming After Seoul dan Antologi Puisi KAPLF II Sound of Asia.

Sumber: Riau Pos,11 September 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar