Selasa, 17 Juli 2012

PERTEMUAN PENYAIR NUSANTARA-VI JAMBI 2012

KRITERIA PENERIMAAN KARYA PUISI PPN-VI JAMBI 2012 Kepada Yth. Bapak/Ibu/Tuan/Puan/Saudara: Di Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Thailand, Philipina, Vietnam, Laos, Kamboja, Timor Leste, dan Myanmar. Dengan Hormat, Kami beritahukan bahwa Pertemuan Penyair Nusantara-VI (PPN) Jambi akan dilaksanakan di Jambi, Sumatra, pada 29-31 Desember 2012. PPN-VI Jambi bertema “Perpuisian Nusantara dalam Perspektif Historis, Filosofis, dan Eksistensial". Sehubungan dengan itu, kami mengundang Bapak/Ibu/Tuan/Puan/Saudara untuk mengirimkan karya puisi dengan ketentuan sebagai berikut: -Tema “Nusantara dalam Perspektif Historis, Filosofis, dan Eksistensial". -Lima (5) puisi karya asli yang ditulis dalam tahun 2011-2012 -Kurator akan memilih 300 puisi terbaik dari seluruh puisi yang diterima oleh panitia. -Naskah Puisi dikirim melalui email dengan format Rich Text Format -Dikirim ke email : ppn6puisi@gmail.com -Puisi yang dikirim belum pernah dibukukan -Biodata singkat, maksimal 200 karakter -Awal penerimaan karya puisi: 18 Juli 2012 -Batas Akhir penerimaan karya puisi: 5 September 2012. Pukul 00.00. -Bagi Penyair yang karyanya lolos seleksi Dewan Kurator PPN-VI, akan mendapat undangan resmi dari panitia PPN-VI beserta surat rekomendasi (bagi yang memerlukan). Fasilitas: Panitia akan menyediakan honor pemuatan karya, penginapan (akomodasi), makan-minum (kosumsi) dan transport lokal selama kegiatan berlangsung. Mengingat keterbatasan dana, maka kami mohon maaf tidak bisa menyediakan biaya transportasi peserta undangan dari tempat asal ke tempat tujuan (pp). Atas perhatian, kerja sama dan partisipasi Bapak/Ibu/Tuan/Puan/Saudara, kami ucapkan terima kasih. Jambi, 17 Juli 2012 Salam Takzim, Kurator Puisi: Acep Zamzam Noor Dimas Arika Mihardja Gus tf Panitia Pertemuan Penyair Nusantara-VI Jambi Jumardi Putra (Sekretaris) NB: Kurator tidak melayani surat menyurat menyangkut seleksi karya puisi PPN-VI Jambi 2012. Info ini diperkenankan untuk disebarluas. Sumber : http://www.facebook.com/notes/jumardi-putra/kriteria-penerimaan-karya-puisi-ppn-vi-jambi-2012/10151949068745187 -

Sabtu, 17 Desember 2011

Delapan Seniman Sumatera Selatan akan Terima Anugerah Seni Batanghari Sembilan 2011


Oleh Dewa Dewi

DEWAN Kesenian Sumatera Selatan kembali akan memberikan anugerah Batanghari Sembilan 2011. Tahun ini akan diberikan kepada delapan pekerja seni dari teater, musik, seni tari, seni rupa, film, sastra, pengabdian, dan pembinaan.

“Insyaallah anugerah itu akan diberikan bersamaan dengan pentas seni pada Jumat (23/12/2011) pekan depan,” kata Ketua Umum DKSS Zulkhair Ali, saat jumpa pers di RRI Palembang, Kamis (15/12/2011).

Dijelaskannya, rangkaian kegiatan Refleksi Seni dan Penganugerahan Seni Batanghari Sembilan 2011 yakni konsultasi publik berupa membahas perlunya peraturan daerah mengenai kebudayaan di Sumatera Selatan.

Kemudian pentas seni yang akan digelar pada Jumat (23/12/2011) yang menampilka para pekerja seni yang menerima anugerah Batanghari Sembilan pada 2009 dan 2010, seperti Iir Stoned (musik), Jafilus Mursalin (musik), Dede Ze (tari), Kusni Karana (tari), Amir Hamzah (teater), Efvan Fajrullah (teater), T. Wijaya (sastra), Benny Arnas (sastra), serta Suharno Manap (seni rupa).

Terakhir, yakni penyerahan anugerah Seni Batanghari Sembilan 2011 yang akan diserahkan oleh Gubernur Sumsel Alex Noerdin.

Menurut informasi, selain piagam, para pekerja seni itu juga akan diberikan dana pembinaan. Besarnya mungkin sama seperti tahun lalu yakni Rp10 juta per orang.

Dari Sumber : http://www.beritamusi.com/berita/2011-12/delapan-seniman-akan-terima-anugerah-seni-batanghari-sembilan-2011/

Selasa, 22 November 2011

Lomba Mendongeng dan Baca Puisi Se- Kabupaten Musi Banyuasin

SEKAYU, Buanasumsel.com – Guna menumbuh kembangkan kegemaran membaca melalui berbagai bacaan dan media untuk menanamkan cinta kebudayaan, cinta bangsa dan rasa persatuan dan kesatuan pada generasi muda, Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Musi Banyuasin mengadakan lomba mendongeng tingkat SD putra dan putri dan lomba baca puisi tingkat SLTP se- kabupaten Musi Banyuasin di wisma atlet Sekayu (31/5).

Berdasarkan laporan ketua pelaksana kegiatan, Dewi Kartika, SE, M.Si kegiatan ini selain merupakan agenda rutin Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Muba dalam menumbuh kembangkan minat baca anak-anak, juga untuk menarik minat baca anak-anak tentang buku-buku cerita budaya daerah, sejarah dan pahlawan, serta untuk menumbuhkan kecintaan akan budaya daerah dan nusantara.

Lomba ini diikuti utusan dari 11 kecamatan dalam kabupaten Musi Banyuasin, dimana tiap kecamatan mengirimkan 3 orang peserta yang telah lulus seleksi dan 1 orang pendamping. Para peserta lomba dituntut unjuk kebolehan dalam mendongeng tanpa teks dan baca puisi untuk memperebutkan predikat Juara I,II, II dan Harapan baik putra maupun putri, hadiah berupa tropi dan uang pembinaan. Dan bagi peserta yang belum beruntung akan diberikan hadiah hiburan berupa tas dan buku, juga diadakan pemberian penghargaan bagi pengunjung perpustakaan paling rajin dalam rentang waktu satu tahun terakhir.

Para peserta nantinya akan dinilai oleh 6 orang juri yang terdiri dari juri mendongeng 3 orang dan juri baca puisi 3 orang. Untuk materi lomba mendongeng tanpa teks ditentukan berdasarkan undian yang ditetapkan panitia, sementara lomba baca puisi judul puisi ditetapkan sendiri oleh peserta. Lomba dilaksanakan di Wisma Atlit Sekayu tanggal 31 Mei hingga 1 Juni 2011, jelas Dewi Kartika.

Kegiatan lomba ini mendapat dukungan penuh dan mendapat perhatian dari pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin. Hal tersebut disampaikan oleh asisten Bidang Pemerintahan, Protokol dan Kesra Setda Kab. Muba Drs. H. Sohan Majid mewakili Bupati Muba saat membuka acara lomba mendongeng dan baca puisi.

Beliau berharap agar kegiatan lomba-lomba seperti ini dapat terus ditingkatkan, bahkan bisa diadakan dilingkungan keluarga, sebab kita semua memiliki tanggung jawab dan kewajiban dalam mendidik dan mengarahakan anak-anak khususnya anak usia sekolah agar tidak terjerumus kepada hal-hal yang negatif. Melalui kegiatan seperti ini juga dapat menumbuh kembangkan minat bangsa serta rasa cinta terhadap seni dan budaya sedari dini, ungkap Sohan Majid. (Humas Muba)

-
Sumber : http://buanasumsel.com/kembangkan-minat-baca-anak-melalui-lomba-puisi-dan-dongeng/

Senin, 14 November 2011

PESONA DUNIA TULIS-MENULIS

Yohanes Sehandi *
Flores Pos (Ende), 1 Feb 2010


Dunia tulis-menulis adalah dunia yang memiliki kekhasan dan keunikan yang tidak dimiliki oleh jenis kegiatan atau profesi manapun. Kekhasan dan keunikan inilah yang membuat dunia tulis-menulis atau karang-mengarang menarik minat banyak orang dan tergoda untuk menggelutinya. Kekhasan dan keunikan ini pulalah yang membuat dunia tulis-menulis penuh pesona. Apanya yang pesona? Berikut ini diuraikan secara singkat kepesonaan dunia tulis-menulis atau karang-mengarang.

Pertama, tidak memerlukan ijazah khusus. Dalam lapangan kerja atau profesi yang lain, untuk dapat diterima menjadi pegawai atau karyawan dituntut kualifikasi formal tertentu, seperti ijazah, gelar akademis, umur, pengalaman kerja, bahkan rekomendasi (katabelece) dari petinggi tertentu. Dalam dunia tulis-menulis, kualifikasi formal seperti itu tidak mendapat perhatian serius. Yang diperhatikan serius adalah hasil karya, yakni tulisan atau karangan yang dihasilkan seseorang, bermutu atau tidak.

Mutu tulisan seseorang memang seringkali tidak berbanding lurus dengan ijazah, gelar akademis, umur, pengalaman kerja, dan lain-lain. Tulisan seorang doktor bisa sama mutunya dengan tulisan seorang tamatan SMA. Dalam rubrik opini surat kabar atau majalah, tulisan seorang profesor bisa bersandingan dengan tulisan seorang mahasiswa yang mungkin sedang mengikuti mata kuliah profesor yang bersangkutan. Bobot tulisan profesor bisa dibandingkan oleh para pembaca dengan bobot tulisan mahasiswa anak didikannya. Inilah kekhasan dan keunikan dunia tulis-menulis, ukurannya pada mutu hasil karya, bukan pada ijazah atau gelar akademis.

Kedua, tidak punyai struktur kerja resmi. Seorang penulis atau pengarang, kecuali wartawan, tidak mempunyai struktur kerja yang resmi. Seorang penulis tidak harus menjadi pegawai atau karyawan suatu perusahaan penerbitan. Tidak terikat, misalnya, dengan menjadi pegawai tetap seperti pegawai di kantor-kantor pemerintah atau perusahaan swasta. Juga tidak terikat jam kerja, seperti instansi pemerintah dan swasta, dari pukul 07.00 sampai pukul 14.00. Tidak terikat pula dengan tempat tinggal, tinggal di mana saja, jauh atau dekat dengan perusahaan penerbitan. Jangan lupa pula, dan ini unik, tidak ada atasan dan bawahan. Dunia tulis-menulis adalah dunia bebas merdeka dari tekanan, baik tekanan dari atasan maupun dari bawahan. Bukankah ini sesuatu yang menarik dan mempesona?

Ketiga, tidak mengenal pensiun. Kerja seorang penulis sepanjang hayat masih dikandung badan. Tidak mengenal pensiun atau purnabakti. Bahkan umur pensiun merupakan umur kematangan berpikir yang potensial menghasilkan karya-karya tulis yang bermutu. Sejauh otak masih bisa berpikir, mata masih bisa membaca, dan tangan masih bisa bergerak, seorang penulis atau pengarang akan tetap dan terus berkarya. Dalam keadaan lumpuh atau bisu sekali pun, seorang penulis akan tetap berjaya dengan karya-karya tulisnya. Tidak ada kekuasaan manapun yang bisa memberhentikan atau memecatnya sebagai seorang penulis atau pengarang, kecuali dirinya sendiri. Sungguh pesona, bukan?

Keempat, menciptakan lapangan kerja sendiri. Di tengah susah-sulitnya lapangan kerja seperti sekarang ini, kegiatan menulis atau mengarang adalah lahan subur yang menawarkan lapangan kerja di depan mata Anda. Anda bisa menjadikan tulis-menulis sebagai bidang kerja atau profesi yang tidak kalah pamor dengan profesi yang lain, misalnya sebagai pengusaha rumah makan, pengusaha kios/toko, atau kontraktor. Bahkan profesi sebagai penulis terkesan sedikit bersih dan intelektual.

Perbedaan dengan profesi yang lain hanya pada modal kerja. Pengusaha rumah makan atau kios/toko atau kontraktor perlu modal kerja besar, seperti dana, sarana, dan prasarana. Sedangkan penulis, modal kerjanya hanyalah pulpen, kertas, amplop, dan perangko. Pada era internet sekarang ini, modal kerja penulis lebih sederhana lagi, cukup bisa mengoperasikan komputer (internet) yang ada di berbagai warung internet (warnet) dengan mengandalkan flashdisk di saku. Pulpen, kertas, amplop, dan perangko tidak perlu lagi pada era internet sekarang ini. Tulisan atau karangan kita ketik langsung di komputer, terus dikirim ke media massa lewat e-mail, sampailah tulisan kita di meja redaksi media dalam hitungan menit, selanjutnya tinggal menunggu kapan nama kita muncul di media tersebut. Gampang, kan? Bukankah ini sesuatu yang mempesona?

Kelima, ajang kreativitas pribadi. Dunia tulis-menulis adalah dunia yang memberi kesempatan yang sangat luas kepada siapa saja untuk menampilkan kemampuan intelektual semaksimal mungkin. Dalam pengertian, kesempatan untuk menampilkan ide orisinal yang bernas, gaya penyajian dengan bahasa tulis yang indah dan khas, mengemukakan gagasan yang cemerlang, wawasan yang luas, menawarkan visi yang jauh ke depan, mencari solusi atas sebuah masalah atau kemelut, menggugah kesadaran atas suatu bencana atau malapetaka, dan untuk mempengaruhi opini publik tentang isu sosial politik ekonomi yang krusial.

Tulisan atau karangan pulalah yang dapat mengukur sekaligus melegitimasi keunggulan kemampuan/intelektual seseorang dibandingkan dengan orang lain. Dan jangan kaget, dengan bertebaran tulisan-tulisan Anda di berbagai media massa, akan membuat nama Anda mudah dikenal, meskipun tampang muka (potongan) Anda tidak dikenal pembaca. Ada pembaca fanatik yang senang membaca tulisan-tulisan seorang penulis idolanya, tetapi kecewa berat pada waktu bertemu langsung, tenyata tampang muka penulis itu jelek. Sungguh unik, bukan?

Dalam dunia modern seperti sekarang ini, kegiatan tulis-menulis mempunyai kaitan erat dengan kegiatan rutin/harian seseorang, baik sebagai hobi atau kegemaran maupun sebagai bidang kerja atau profesi. Tentang hobi dan profesi ini, The Liang Gie dalam bukunya Pengantar Dunia Karang-Mengarang (1992, hlm. 7) menyatakan: Setiap orang untuk kegairahan hidupnya perlu mempunyai suatu kegemaran atau hobi, sedangkan untuk kelangsungan hidupnya harus memiliki suatu bidang kerja atau profesi. Hobi yang digeluti dengan penuh kegembiraan, membuat hidup ini menarik hati, dan profesi yang dijalani dengan penuh rasa tanggung jawab, membuat hidup ini mengandung arti !

Tulis-menulis atau karangan-mengarang yang merupakan salah satu aktivitas penting masyarakat modern sebagaimana halnya masyarakat kita pada saat ini, bisa dikelompokkan sebagai hobi atau kegemaran yang menggairahkan hidup, dan juga sebagai bidang kerja atau profesi yang menjadi sumber penghidupan.

Berkat kemajuan peralatan teknologi modern dewasa ini yang cukup banyak menggantikan tenaga manusia, menyebabkan banyak waktu seseorang menjadi longgar. Waktu yang longgar itu alangkah terpujinya apabila diisi dengan kegiatan menulis atau mengarang, daripada ngobrol tak tentu arah atau gosipin tetangga sebelah rumah yang bisa merusak hubungan kekerabatan. Atau juga, daripada menghabiskan waktu untuk main kartu, dengan sanksi gantung batu kerikil di telinga atau leher, yang bila dilihat dari jauh mirip kera kena kutu anjing. Inilah penyakit psikososial masyarakat kita akhir-akhir ini yang belum banyak disadari.

Aktivitas menulis atau mengarang merupakan sebuah solusi atau alternatif. Kegiatan tulis-menulis atau karang-mengarang, tidak saja bermanfaat tetapi juga menyenangkan. Semua orang bisa melakukannya: pelajar, mahasiswa, dosen (apalagi), PNS, pegawai swasta, pejabat, guru, ibu rumah tangga, penganggur, pemabuk, pedagang, pensiunan, dan lain-lain. Orang yang sudah pensiun atau purnabakti, yang tentu sudah punyai tumpukan bekal pengetahuan dan pengalaman berharga, tinggal dibagi-bagikan kepada pelbagai pihak lewat tulisan atau karangan. Betapa indahnya hidup ini apabila bisa dan rela berbagi pengetahuan dan pengalaman kepada orang lain, demikianlah salah satu ungkapan bijak dari Kahlil Gibran, seorang penyair kaliber dari Timur Tengah.

Menulis sebagai hobi atau kegemaran tujuan utamanya adalah untuk memperoleh kesenangan diri dan membuat kehidupan sehari-hari kita senantiasa menarik dan menggairahkan, apalagi kalau dilakukan dengan penuh keterlibatan diri. Melakukan sesuatu dengan serius dan penuh keterlibatan diri akan terasa adanya katarsis (chatarsis), yakni suatu proses kejiwaan sebagai pelepasan segala beban pikiran dan perasaan yang menimbulkan kelegahan batin. Kelegahan batin inilah yang mempengaruhi kesehatan jasmani dan rohani seseorang.

Bolehlah dikatakan bahwa menulis sebagai hobi atau kegemaran itu, kata The Liang Gie, 1992, hlm. 10) dapat mengisi waktu luang seseorang agar produktif, menyibukkan diri agar tetap aktif, mencerdaskan pikiran agar lebih kreatif, mendorong diri-sendiri agar terus melangkah maju, mengatasi tekanan hidup agar berkurang dampak merusaknya, dan meningkatkan mutu hidup ini agar menjadi lebih indah, menarik, dan bermakna.

Menulis sebagai bidang kerja atau profesi, semakin nyata dan dibutuhkan berbagai pihak, tidak saja pada dewasa ini juga untuk masa-masa mendatang. Berkat kemajuan yang pesat di bidang penerbitan/publikasi, baik penerbitan buku maupun penerbitan majalah dan surat kabar, membuat profesi menulis mendapat tempat terhormat dalam masyarakat, yang tidak kalah gengsi dengan profesi yang lain.
Kegiatan tulis-menulis atau karang-mengarang serta hasil-hasil yang diperoleh dari kegiatan itu, sadar atau tidak oleh penulisnya, mendatangkan berbagai nilai. Nilai-nilai itulah yang dapat memuaskan aneka kebutuhan seseorang. Pengertian nilai yang dimaksudkan di sini adalah suatu “keberhargaan” yang timbul atau diperoleh seseorang sebagai hasil dari perbuatan, pengalaman, dan penerimaan yang dihasilkan dalam kegiatan tulis-menulis atau karang-mengarang.

*) Lembaga Publikasi Universitas Flores
Dijumput dari: http://yohanessehandi.blogspot.com/2011/05/pesona-dunia-tulis-menulis_27.html

Sabtu, 15 Oktober 2011

Pengumuman Pemenang Lomba Cipta Puisi Padang 2011

Inilah saat yang paling bersejarah bagi para peserta Lomba Cipta Puisi Padang 2011 yang karyanya lolos masuk nominasi dan diumumkan siapa pemenangnya.

Panitia penyelenggara dari Ikatan Alumni Don Bosco (IADB) Padang dalam suatu rapat di Padang, Kamis 14 Oktober 2011 bersama dewan juri semi final dan juri final menetapkan nama dan karya puisi terbaik yang berhak meraih hadiah yang telah disediakan panitia. Para pemenang dan karya puisinya diumumkan Jumat 15 Oktober 2011 di blog IADB www.padangdalampuisi.blogspot.com.

IADB berbahagia atas antusias peserta yang mengikuti lomba ini yang dimulai sejak awal Agustus 2011 dan berakhir 30 September 2011 lalu. Sepanjang kurun waktu dua bulan itu, panitia menerima tidak kurang dari 511 puisi karya peserta yang berasal dari Sabang hingga Papua. Bahkan beberapa peserta ada juga yang berasal dari Hongkong, Malaysia, dan negara tetangga lainnya.

Ini sangat memuaskan panitia sebab melebihi target yang diharapkan. Semula panitia mengira peserta yang mengirimkan puisi karya terbaiknya tidak lebih dari 300 judul saja. Tujuan menggairahkan kegiatan tulis menulis khususnya di kalangan siswa dan mahasiswa secara umum tercapai sudah dengan melihat antusias peserta yang cukup tinggi.

Agar lomba ini berkualitas, panitia memilih dewan juri yang berkompeten di bidangnya. Mereka adalah:

1. Prof. Eka Budianta (Akademisi, Sastrawan ~ Jakarta)
2. Prof. Harris Effendi Tahar (Sastrawan, Akademisi ~ Padang)
3. Rusli Marzuki Saria (Penyair Senior ~ Padang)
4. Pipiet Senja (Novelis ~ Jakarta)
5. Sastri Bakry (Novelis ~ Padang)
6. Nita Indrawati (Penulis, Jurnalis ~ Padang)
7. Veridiana Somanto (Akademisi ~ Padang)
8. Muhammad Subhan (Jurnalis, Penulis, Novelis ~ Padangpanjang)

Nama-nama dewan juri tersebut di atas yang selama kurun waktu lomba menyimak, mendiskusikan, menilai dan memutuskan karya-karya terbaik buah pena peserta lomba cipta puisi tingkat nasional ini.

Setelah menetapkan 150 puisi terpilih (yang direncanakan akan dibukukan), lalu mengumumkan 75 puisi nominasi, maka inilah nama-nama pemenang dan karyanya yang secara resmi disiarkan hari ini:

PEMENANG UTAMA:

Juara 1
Judul Puisi: Epitaf Arau (Kurnia Hadinata, Pasaman)

Juara 2
Judul Puisi: Padang Kota Tercinta, di Padang Kita Bercinta (Esha Tegar Putra, Padang)

Juara 3
Judul Puisi: Sepasang Puisi di Kota Tua (F. Rizal Alief, Madura)

TUJUH PUISI TERPUJI:

1. Padang, Petang dan Puisi (Hakimah Rahmah Sari, Padang)
2. Cerita Bergambar Padang Buat si Sayang (Karta Kusumah, Padang)
3. Di Pantai Padang, aku Mengingat Beberapa Kejadian (Yori Kayama, Padang)
4. Pantai Purus Tepi Kota (Budi Saputra, Padang)
5. Hikayat Seorang Wanita di Pucuk Bukit (Dedi Supendra, Pariaman)
6. Menulis Kangen; Padang (Dodi Prananda, Depok)
7. Kepada Mandeh (Inung Imtihani, Depok)

Para pemenang berhak mendapatkan hadiah:

PEMENANG UTAMA

Juara 1:
Paket Wisata Sastra ke Malaysia + Uang tunai Rp1.000.000,- + Piagam Penghargaan IADB + Paket Buku

Juara 2:
Paket Wisata Sastra ke Malaysia + Uang tunai Rp750.000,- + Piagam Penghargaan IADB + Paket Buku

Juara 3:
Paket Wisata Sastra ke Malaysia + Uang Tunai Rp500.000,- + Piagam Penghargaan IADB + Paket Buku

PEMENANG “TUJUH PUISI TERPUJI” BERHAK MENDAPATKAN PAKET BUKU DAN PIAGAM PERHARGAAN DARI IADB.

Semula, panitia hanya menyediakan paket wisata untuk juara 1 dan juara 2 saja. Namun, untuk memberikan penghargaan yang tinggi atas gerakan menulis ini, juara 3 juga mendapat kehormatan untuk mengikuti paket wisata sastra ke Malaysia.

Kepada pemenang utama yang diumumkan nama-namanya di atas, diharapkan segera mengurus pasport dan fotocopy pasport paling lambat diterima panitia akhir Oktober 2011 (tanggal 29 Oktober 2011). Fotocopy pasport discan dan dikirim via email: padangkotaku@ymail.com acc ke sastriyunizarti@yahoo.com. Bila lewat dari tanggal tersebut panitia belum menerima fotocopyan pasport, panitia tidak bertanggung jawab atas paket wisata ke Malaysia.

Panitia menyediakan tiket pesawat udara dari Padang-Malaysia (PP). Sementara pemenang yang berdomisili di luar Sumatera Barat, panitia hanya menyediakan tiket pesawat dari ibukota negara, Jakarta-Malaysia (PP). Akomodasi peserta selama kegiatan wisata sastra di Malaysia ditanggung panitia. Kebutuhan pribadi diluar yang ditetapkan panitia menjadi tanggung jawab peserta.

Perjalanan wisata sastra ke Malaysia direncanakan pada bulan November 2011 (hari dan tanggal ditentukan kemudian).

Sementara penyerahan hadiah akan dilakukan pada tanggal 28 Oktober 2011 di aula Don Bosco Padang dalam suatu kegiatan baca puisi. Seluruh pemenang akan dihubungi panitia lewat telepon dan email.

Demikian pengumuman ini disampaikan untuk dimaklumi. Keputusan dewan juri bersifat mengikat dan tidak dilakukan surat menyurat.

Padang, 15 Oktober 2011

PANITIA PENYELENGGARA
IKATAN ALUMNI DON BOSCO (IADB) PADANG

Penanggung Jawab:

1. Dadang Gozali (Ketua Harian IADB)
2. Veridiana Somanto (Sekum IADB)

Ketua Panitia:
Sastri Yunizarti Bakry (Wakil Ketua IADB)

Sekretaris Panitia:
Nita Indrawati (Pemred Buletin Rancak IADB)

Sumber: http://padangdalampuisi.blogspot.com/2011/10/pengumuman-pemenang-lomba-cipta-puisi.html

Rabu, 12 Oktober 2011

Sebuah Apresiasi...

Tentang Happy Salma

Nama saya Happy Salma.
Dalam bahasa Inggris, Happy berarti “bahagia.” Sementara “Salma” diambil Bapak saya dari nama seorang putri di Kalimantan yang pada zaman Belanda diungsikan ke tempat yang jauh dari asal-usulnya, tapi dia bisa bertahan hidup. Maka, Happy Salma menurut Bapak saya, adalah wanita yang selalu berbahagia dengan keselamatan yang senantiasa menyertainya. Almarhum Bapak saya, Dachlan Suhendara dan ibunda Iis Rohaeni lah yang memberikan nama indah itu bagi saya.

Saya anak keempat dari enam bersaudara. Dan yang menarik adalah, karena saya tidak sabar ingin melihat dunia, saya satu-satunya anak orangtua saya yang lahir di rumah. Saya lahir di sebuah rumah yang hangat di daerah Karang Tengah, Cibadak, Sukabumi. Saya dibesarkan di kampung halaman tercinta itu sampai usia 17 tahun. Masa kecil saya adalah masa yang membahagiakan. Walaupun saya berasal dari keluarga sederhana, tapi kedua orangtua saya gemar menciptakan kesenangan. Dari kecil saya anak yang aktif dan lincah. Tampil berpuisi, menari, hingga cerdas cermat. Tidak ada rasa rendah diri dalam diri saya, karena dukungan selalu datang dari orang-orang terkasih.

Ketika saya berusia 15 tahun─tepatnya pada tahun 1995─secara tidak sengaja saya menemani Kakak yang kebetulan menjadi wakil Jawa Barat untuk mengikuti ajang Putri Indonesia. Saya ikut difoto dengan film yang masih tersisa. Alhasil, foto tersebut saya kirimkan ke majalah Gadis, majalah yang waktu itu sedang digandrungi remaja-remaja seusia saya. Tak ada keinginan pasti apakah saya ingin menjadi model. Hanya saja, setiap membaca pengalaman-pengalaman para finalis yang setiap tahun terpilih, sepertinya sangat menyenangkan. Maka, ketika saya terpilih menjadi finalis dari ribuan peserta, saya begitu girang, meski kemudian saya merasa tertekan, karena menjadi model ternyata bukan perkara mudah. Selain harus selalu tampil cantik juga harus pintar bergaya. Sementara saya sendiri merasa tidak punya keduanya, hingga kegiatan modeling tidak terlalu saya tekuni.

Bersama teman-teman sekolah, saya malah membentuk band bernama Fla. Selain itu, sesekali saya ikut menjadi anggota band Kakak laki-laki saya yang beraliran metal. Kerrang, nama band-nya. Bersama Kerrang saya kerap ikut manggung, hingga suatu hari ketika saya manggung di Bandung, tepatnya di pesta pelajar, saya diperkenalkan pada seorang personil band yang sedang ngetop pada masa itu, u–camp. Kang Eri, namanya. Dengan penuh kejutan, dia mengajak saya rekaman. Dan, saya yang suka petualangan ini tentulah segera mengiyakan ajakan itu. Pada usia 17 tahun, saya masuk dapur rekaman.

Tak lama berselang, seniman dan musisi Frangky Sahilatua, rekan Kang Eri, mengambil-alih untuk memproduseri saya. Video klip saya ditayangkan di beberapa stasiun tv swasta, tapi album “Tapi Kini’ terbengkalai di tengah jalan karena ada masalah internal dengan Label. Saya belum sempat kecewa, Mas Frangky Sahilatua sudah menawari saya bermain sinetron yang diproduksi oleh temannya. Tawaran itu saya terima. Di ujung tahun 1998 saya bermain sinetron berjudul “Kupu-Kupu Ungu,” dan setelah itu semua berjalan begitu cepat dan lancar. Tak henti-henti, sinetron, film, presenter, iklan, menjadi bagian dari hidup saya selama bertahun-tahun.

Hingga awal tahun 2006 ketika saya mengalami krisis dalam pencarian jati diri, ketika dunia selebritas ternyata membuat saya merasa sepi, saya melarikan diri pada dunia sunyi, dunia menulis. Sebenarnya menulis sudah menjadi kegemaran saya sejak kecil. Saya rajin mengisi buku harian sampai membuat majalah sendiri dan juga gemar membuat cerpen. Tapi tentu pada masa itu kebiasaan menulis hanya untuk bersenang-senang. Lalu, ketika ada keinginan melahirkan sebuah buku, perjuangan baru pun dimulai kembali.

Di sela-sela jadwal shooting yang padat, saya mulai mengumpulkan naskah-naskah yang berceceran, dan setelah itu saya kirimkan pada penerbit.

Banyak orang bilang, betapa gampangnya para selebritis memulai profesi baru, saya tegaskan: itu salah besar! Tantangannya tak kalah rumit. Namun, kecintaan saya pada dunia sastra begitu tinggi, begitu mendalam. Pembentukan karakter dalam sebuah karya sastra, saya percayai dapat menjadi penyeimbang bagi pribadi yang kreatif, punya empati, dan memiliki jati diri. Maka, walaupun naskah saya sempat ditolak oleh sebuah penerbit yang menganggap tulisan saya kurang sensasional, itu tidak membuat saya putus asa. Terus berlatih menulis menjadi rutinitas saya di luar pekerjaan.

Pada pertengahan 2006 saya bertemu Rieke Diah Pitaloka. Kepadanya saya berkeluh kesah soal minimnya ketertarikan generasi muda pada dunia sastra. Dari hasil diskusi itu dia bersama suaminya mendirikan penerbitan yang bergerak di bidang sastra dan buku-buku ilmiah.

Atas dasar cita-cita yang sama, untuk menggeliatkan kembali dunia sastra, tulis-menulis juga dunia membaca, maka penerbit Koekoesan milik Rieke Diah Pitaloka meluncurkan buku pertama saya berjudul Pulang (kumpulan cerpen, 2006). Saya mengakui bahwa karya-karya besar sastra Indonesia banyak memengaruhi cara pandang saya, bahkan saya berani menggeluti dunia panggung teater juga karena kecintaan saya pada karya-karya tersebut. Saya pernah mementaskan lakon Nyai Ontosoroh─diadaptasi dari novel Bumi Manusia, karya Pramodya Ananta Toer─dan setelah itu lakon Ronggeng Dukuh Paruk─adaptasi novel karya Ahmad Tohari. Kurang lebih dua tahun waktu saya banyak tersita untuk kegiatan-kegiatan seni non-komersil, seperti pameran foto, teater dan keliling sastra ke sekolah-sekolah dan universitas. Semenjak itu pula, bersama sahabat saya Yulia EB, Kami mendirikan sebuah lembaga yang diberi nama Titimangsa Foundation untuk mengorganisir segala bentuk kegiatan-kegiatan sosial dan seni. Nama itu diberikan oleh almarhum Bapak saya, yang berarti ”tepat pada waktunya.”

Pada akhir tahun 2006 itu hidup saya terasa lebih seimbang, dunia idealisme dan dunia komersial berjalan seiring. Saya masih bermain sinetron, meski tak sesering dulu. Bermain film atau menjadi bintang tamu acara komedi sesekali masih saya lakoni bersamaan dengan pembacaan puisi, seminar-seminar tentang isu perempuan, politik, dan budaya.

Saya terharu, waktu berlari begitu cepat. Kini, ketika usia saya menginjak 30 tahun, hiruk-pikuk dunia selebritas selalu menjadi cahaya bagi saya, walaupun kadang-kadang menyilaukan dan membuat saya harus menepi dulu barang sebentar. Namun, dunia seni itu sendiri sudah terlanjur merasuk ke dalam relung jiwa saya, dan saya tidak bisa lagi meninggalkannya.

-
*Happy Salma, meraih penghargaan 5 besar penulis muda berbakat khatulistiwa awards (2007)

Dirangkum dari situs Happy Salma : http://happy-salma.net/?cat=7

Selasa, 11 Oktober 2011

Merayakan Bulan Bahasa dan Sastra

Apa
yang menyebabkan bulan Oktober ditetapkan sebagai bulan bahasa? Pasti Anda juga bisa menjawabnya. Ya, bulan Oktober ditetapkan sebagai bulan bahasa karena pada 28 Oktober 1928 para pendahulu bangsa kita mencetuskan Sumpah Pemuda dengan bahasa, bahasa Indonesia, sebagai butir ketiganya. Belakangan, bulan Oktober tidak disebut sebagai bulan bahasa saja, tapi bulan bahasa dan sastra. Ini seharusnya dilakukan sejak lama. Sebab meskipun bahan dasar sastra merupakan bahasa, kompleksitasnya kadang melampaui bahasa.

Bulan bahasa sebenarnya bisa dijadikan momentum untuk meningkatkan kualitas berbahasa secara baik (dan kalau bisa benar juga). Tapi jangan pula hanya sekadar pada bulan tersebut saja. Karena berbahasa merupakan proses yang harus dibiasakan. Semakin terbiasa untuk berbahasa dengan baik, semakin menolong kita untuk terus meningkatkan kualitas berbahasa.

Sastranya Bagaimana?
Karena bulan Oktober juga tidak sekadar menjadi bulan bahasa, tapi juga sastra, kita pun sebaiknya perlu belajar untuk memberi porsi yang cukup pada bidang sastra. Masalahnya, untuk bidang ini pun kita masih ketinggalan dari negara-negara lainnya. Para siswa sekolahan perlu mengenal lebih banyak karya sastra, tidak hanya untuk melengkapi kegiatan belajar bidang studi bahasa dan sastra Indonesia saja, tetapi juga untuk menggali kekayaan moral dan intelektual yang dituangkan dalam setiap karya sastra.

Membaca karya sastra, khususnya bagi kita yang dapat meresapi, itu sangat nikmat. Apalagi ketika menelusuri penuturan yang disampaikan dengan bahasa yang indah. Memang harus diakui kalau (bagi sebagian orang) ada karya yang membingungkan.
Sementara itu, puisi juga menghadirkan beragam nuansa yang tak kalah menarik. Sama seperti ketika mulai menikmati cerpen atau novel, kalau Anda tahu kenikmatannya, dijamin Anda akan menggandrungi berbagai jenis puisi, meski mungkin akan terheran-heran karena melihat puisi-puisi “aneh”, seperti karya Sutardji Calzoun Bachri atau Saut Situmorang.

Nah, para pemuda, sudah siap melangkah lebih jauh dari tidak peduli menjadi peduli? Atau dari sekadar berniat menelusuri sampai menggandrungi berbahasa yang baik dan menikmati sastra? Ingatlah, bahasa dan sastra Indonesia itu merupakan hartamu juga. Jangan sampai diklaim oleh negara lain. Oke?!... Nggak lucu ‘kan?

(dikutip dengan penyesuaian dari blog: http://indonesiasaram.wordpress.com/2007/12/03/bulan-bahasa-dan-sastra-di-mata-anak-muda/#comments)