Selasa, 22 November 2011

Lomba Mendongeng dan Baca Puisi Se- Kabupaten Musi Banyuasin

SEKAYU, Buanasumsel.com – Guna menumbuh kembangkan kegemaran membaca melalui berbagai bacaan dan media untuk menanamkan cinta kebudayaan, cinta bangsa dan rasa persatuan dan kesatuan pada generasi muda, Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Kabupaten Musi Banyuasin mengadakan lomba mendongeng tingkat SD putra dan putri dan lomba baca puisi tingkat SLTP se- kabupaten Musi Banyuasin di wisma atlet Sekayu (31/5).

Berdasarkan laporan ketua pelaksana kegiatan, Dewi Kartika, SE, M.Si kegiatan ini selain merupakan agenda rutin Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Muba dalam menumbuh kembangkan minat baca anak-anak, juga untuk menarik minat baca anak-anak tentang buku-buku cerita budaya daerah, sejarah dan pahlawan, serta untuk menumbuhkan kecintaan akan budaya daerah dan nusantara.

Lomba ini diikuti utusan dari 11 kecamatan dalam kabupaten Musi Banyuasin, dimana tiap kecamatan mengirimkan 3 orang peserta yang telah lulus seleksi dan 1 orang pendamping. Para peserta lomba dituntut unjuk kebolehan dalam mendongeng tanpa teks dan baca puisi untuk memperebutkan predikat Juara I,II, II dan Harapan baik putra maupun putri, hadiah berupa tropi dan uang pembinaan. Dan bagi peserta yang belum beruntung akan diberikan hadiah hiburan berupa tas dan buku, juga diadakan pemberian penghargaan bagi pengunjung perpustakaan paling rajin dalam rentang waktu satu tahun terakhir.

Para peserta nantinya akan dinilai oleh 6 orang juri yang terdiri dari juri mendongeng 3 orang dan juri baca puisi 3 orang. Untuk materi lomba mendongeng tanpa teks ditentukan berdasarkan undian yang ditetapkan panitia, sementara lomba baca puisi judul puisi ditetapkan sendiri oleh peserta. Lomba dilaksanakan di Wisma Atlit Sekayu tanggal 31 Mei hingga 1 Juni 2011, jelas Dewi Kartika.

Kegiatan lomba ini mendapat dukungan penuh dan mendapat perhatian dari pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin. Hal tersebut disampaikan oleh asisten Bidang Pemerintahan, Protokol dan Kesra Setda Kab. Muba Drs. H. Sohan Majid mewakili Bupati Muba saat membuka acara lomba mendongeng dan baca puisi.

Beliau berharap agar kegiatan lomba-lomba seperti ini dapat terus ditingkatkan, bahkan bisa diadakan dilingkungan keluarga, sebab kita semua memiliki tanggung jawab dan kewajiban dalam mendidik dan mengarahakan anak-anak khususnya anak usia sekolah agar tidak terjerumus kepada hal-hal yang negatif. Melalui kegiatan seperti ini juga dapat menumbuh kembangkan minat bangsa serta rasa cinta terhadap seni dan budaya sedari dini, ungkap Sohan Majid. (Humas Muba)

-
Sumber : http://buanasumsel.com/kembangkan-minat-baca-anak-melalui-lomba-puisi-dan-dongeng/

Senin, 14 November 2011

PESONA DUNIA TULIS-MENULIS

Yohanes Sehandi *
Flores Pos (Ende), 1 Feb 2010


Dunia tulis-menulis adalah dunia yang memiliki kekhasan dan keunikan yang tidak dimiliki oleh jenis kegiatan atau profesi manapun. Kekhasan dan keunikan inilah yang membuat dunia tulis-menulis atau karang-mengarang menarik minat banyak orang dan tergoda untuk menggelutinya. Kekhasan dan keunikan ini pulalah yang membuat dunia tulis-menulis penuh pesona. Apanya yang pesona? Berikut ini diuraikan secara singkat kepesonaan dunia tulis-menulis atau karang-mengarang.

Pertama, tidak memerlukan ijazah khusus. Dalam lapangan kerja atau profesi yang lain, untuk dapat diterima menjadi pegawai atau karyawan dituntut kualifikasi formal tertentu, seperti ijazah, gelar akademis, umur, pengalaman kerja, bahkan rekomendasi (katabelece) dari petinggi tertentu. Dalam dunia tulis-menulis, kualifikasi formal seperti itu tidak mendapat perhatian serius. Yang diperhatikan serius adalah hasil karya, yakni tulisan atau karangan yang dihasilkan seseorang, bermutu atau tidak.

Mutu tulisan seseorang memang seringkali tidak berbanding lurus dengan ijazah, gelar akademis, umur, pengalaman kerja, dan lain-lain. Tulisan seorang doktor bisa sama mutunya dengan tulisan seorang tamatan SMA. Dalam rubrik opini surat kabar atau majalah, tulisan seorang profesor bisa bersandingan dengan tulisan seorang mahasiswa yang mungkin sedang mengikuti mata kuliah profesor yang bersangkutan. Bobot tulisan profesor bisa dibandingkan oleh para pembaca dengan bobot tulisan mahasiswa anak didikannya. Inilah kekhasan dan keunikan dunia tulis-menulis, ukurannya pada mutu hasil karya, bukan pada ijazah atau gelar akademis.

Kedua, tidak punyai struktur kerja resmi. Seorang penulis atau pengarang, kecuali wartawan, tidak mempunyai struktur kerja yang resmi. Seorang penulis tidak harus menjadi pegawai atau karyawan suatu perusahaan penerbitan. Tidak terikat, misalnya, dengan menjadi pegawai tetap seperti pegawai di kantor-kantor pemerintah atau perusahaan swasta. Juga tidak terikat jam kerja, seperti instansi pemerintah dan swasta, dari pukul 07.00 sampai pukul 14.00. Tidak terikat pula dengan tempat tinggal, tinggal di mana saja, jauh atau dekat dengan perusahaan penerbitan. Jangan lupa pula, dan ini unik, tidak ada atasan dan bawahan. Dunia tulis-menulis adalah dunia bebas merdeka dari tekanan, baik tekanan dari atasan maupun dari bawahan. Bukankah ini sesuatu yang menarik dan mempesona?

Ketiga, tidak mengenal pensiun. Kerja seorang penulis sepanjang hayat masih dikandung badan. Tidak mengenal pensiun atau purnabakti. Bahkan umur pensiun merupakan umur kematangan berpikir yang potensial menghasilkan karya-karya tulis yang bermutu. Sejauh otak masih bisa berpikir, mata masih bisa membaca, dan tangan masih bisa bergerak, seorang penulis atau pengarang akan tetap dan terus berkarya. Dalam keadaan lumpuh atau bisu sekali pun, seorang penulis akan tetap berjaya dengan karya-karya tulisnya. Tidak ada kekuasaan manapun yang bisa memberhentikan atau memecatnya sebagai seorang penulis atau pengarang, kecuali dirinya sendiri. Sungguh pesona, bukan?

Keempat, menciptakan lapangan kerja sendiri. Di tengah susah-sulitnya lapangan kerja seperti sekarang ini, kegiatan menulis atau mengarang adalah lahan subur yang menawarkan lapangan kerja di depan mata Anda. Anda bisa menjadikan tulis-menulis sebagai bidang kerja atau profesi yang tidak kalah pamor dengan profesi yang lain, misalnya sebagai pengusaha rumah makan, pengusaha kios/toko, atau kontraktor. Bahkan profesi sebagai penulis terkesan sedikit bersih dan intelektual.

Perbedaan dengan profesi yang lain hanya pada modal kerja. Pengusaha rumah makan atau kios/toko atau kontraktor perlu modal kerja besar, seperti dana, sarana, dan prasarana. Sedangkan penulis, modal kerjanya hanyalah pulpen, kertas, amplop, dan perangko. Pada era internet sekarang ini, modal kerja penulis lebih sederhana lagi, cukup bisa mengoperasikan komputer (internet) yang ada di berbagai warung internet (warnet) dengan mengandalkan flashdisk di saku. Pulpen, kertas, amplop, dan perangko tidak perlu lagi pada era internet sekarang ini. Tulisan atau karangan kita ketik langsung di komputer, terus dikirim ke media massa lewat e-mail, sampailah tulisan kita di meja redaksi media dalam hitungan menit, selanjutnya tinggal menunggu kapan nama kita muncul di media tersebut. Gampang, kan? Bukankah ini sesuatu yang mempesona?

Kelima, ajang kreativitas pribadi. Dunia tulis-menulis adalah dunia yang memberi kesempatan yang sangat luas kepada siapa saja untuk menampilkan kemampuan intelektual semaksimal mungkin. Dalam pengertian, kesempatan untuk menampilkan ide orisinal yang bernas, gaya penyajian dengan bahasa tulis yang indah dan khas, mengemukakan gagasan yang cemerlang, wawasan yang luas, menawarkan visi yang jauh ke depan, mencari solusi atas sebuah masalah atau kemelut, menggugah kesadaran atas suatu bencana atau malapetaka, dan untuk mempengaruhi opini publik tentang isu sosial politik ekonomi yang krusial.

Tulisan atau karangan pulalah yang dapat mengukur sekaligus melegitimasi keunggulan kemampuan/intelektual seseorang dibandingkan dengan orang lain. Dan jangan kaget, dengan bertebaran tulisan-tulisan Anda di berbagai media massa, akan membuat nama Anda mudah dikenal, meskipun tampang muka (potongan) Anda tidak dikenal pembaca. Ada pembaca fanatik yang senang membaca tulisan-tulisan seorang penulis idolanya, tetapi kecewa berat pada waktu bertemu langsung, tenyata tampang muka penulis itu jelek. Sungguh unik, bukan?

Dalam dunia modern seperti sekarang ini, kegiatan tulis-menulis mempunyai kaitan erat dengan kegiatan rutin/harian seseorang, baik sebagai hobi atau kegemaran maupun sebagai bidang kerja atau profesi. Tentang hobi dan profesi ini, The Liang Gie dalam bukunya Pengantar Dunia Karang-Mengarang (1992, hlm. 7) menyatakan: Setiap orang untuk kegairahan hidupnya perlu mempunyai suatu kegemaran atau hobi, sedangkan untuk kelangsungan hidupnya harus memiliki suatu bidang kerja atau profesi. Hobi yang digeluti dengan penuh kegembiraan, membuat hidup ini menarik hati, dan profesi yang dijalani dengan penuh rasa tanggung jawab, membuat hidup ini mengandung arti !

Tulis-menulis atau karangan-mengarang yang merupakan salah satu aktivitas penting masyarakat modern sebagaimana halnya masyarakat kita pada saat ini, bisa dikelompokkan sebagai hobi atau kegemaran yang menggairahkan hidup, dan juga sebagai bidang kerja atau profesi yang menjadi sumber penghidupan.

Berkat kemajuan peralatan teknologi modern dewasa ini yang cukup banyak menggantikan tenaga manusia, menyebabkan banyak waktu seseorang menjadi longgar. Waktu yang longgar itu alangkah terpujinya apabila diisi dengan kegiatan menulis atau mengarang, daripada ngobrol tak tentu arah atau gosipin tetangga sebelah rumah yang bisa merusak hubungan kekerabatan. Atau juga, daripada menghabiskan waktu untuk main kartu, dengan sanksi gantung batu kerikil di telinga atau leher, yang bila dilihat dari jauh mirip kera kena kutu anjing. Inilah penyakit psikososial masyarakat kita akhir-akhir ini yang belum banyak disadari.

Aktivitas menulis atau mengarang merupakan sebuah solusi atau alternatif. Kegiatan tulis-menulis atau karang-mengarang, tidak saja bermanfaat tetapi juga menyenangkan. Semua orang bisa melakukannya: pelajar, mahasiswa, dosen (apalagi), PNS, pegawai swasta, pejabat, guru, ibu rumah tangga, penganggur, pemabuk, pedagang, pensiunan, dan lain-lain. Orang yang sudah pensiun atau purnabakti, yang tentu sudah punyai tumpukan bekal pengetahuan dan pengalaman berharga, tinggal dibagi-bagikan kepada pelbagai pihak lewat tulisan atau karangan. Betapa indahnya hidup ini apabila bisa dan rela berbagi pengetahuan dan pengalaman kepada orang lain, demikianlah salah satu ungkapan bijak dari Kahlil Gibran, seorang penyair kaliber dari Timur Tengah.

Menulis sebagai hobi atau kegemaran tujuan utamanya adalah untuk memperoleh kesenangan diri dan membuat kehidupan sehari-hari kita senantiasa menarik dan menggairahkan, apalagi kalau dilakukan dengan penuh keterlibatan diri. Melakukan sesuatu dengan serius dan penuh keterlibatan diri akan terasa adanya katarsis (chatarsis), yakni suatu proses kejiwaan sebagai pelepasan segala beban pikiran dan perasaan yang menimbulkan kelegahan batin. Kelegahan batin inilah yang mempengaruhi kesehatan jasmani dan rohani seseorang.

Bolehlah dikatakan bahwa menulis sebagai hobi atau kegemaran itu, kata The Liang Gie, 1992, hlm. 10) dapat mengisi waktu luang seseorang agar produktif, menyibukkan diri agar tetap aktif, mencerdaskan pikiran agar lebih kreatif, mendorong diri-sendiri agar terus melangkah maju, mengatasi tekanan hidup agar berkurang dampak merusaknya, dan meningkatkan mutu hidup ini agar menjadi lebih indah, menarik, dan bermakna.

Menulis sebagai bidang kerja atau profesi, semakin nyata dan dibutuhkan berbagai pihak, tidak saja pada dewasa ini juga untuk masa-masa mendatang. Berkat kemajuan yang pesat di bidang penerbitan/publikasi, baik penerbitan buku maupun penerbitan majalah dan surat kabar, membuat profesi menulis mendapat tempat terhormat dalam masyarakat, yang tidak kalah gengsi dengan profesi yang lain.
Kegiatan tulis-menulis atau karang-mengarang serta hasil-hasil yang diperoleh dari kegiatan itu, sadar atau tidak oleh penulisnya, mendatangkan berbagai nilai. Nilai-nilai itulah yang dapat memuaskan aneka kebutuhan seseorang. Pengertian nilai yang dimaksudkan di sini adalah suatu “keberhargaan” yang timbul atau diperoleh seseorang sebagai hasil dari perbuatan, pengalaman, dan penerimaan yang dihasilkan dalam kegiatan tulis-menulis atau karang-mengarang.

*) Lembaga Publikasi Universitas Flores
Dijumput dari: http://yohanessehandi.blogspot.com/2011/05/pesona-dunia-tulis-menulis_27.html